“Kesepakatan aplikasi teknologinya sudah kami peroleh dari suatu perusahaan pengolah sawit di Kabupaten Lebak, Banten,” kata Bambang Prihandoko, periset Penelitian Fisika LIPI, Jumat (16/4) di Jakarta.
Menurut Bambang, limbah sawit selama ini dimanfaatkan sebagtai bahan bakar untuk proses pengolahan minyak sawit.
Pengembangan limbah sawit untuk dijadikan karbon aktif ini, selain untuk menyediakan bahan baku komponen batrai dan fuel cell, juga ingin digunakan untuk mereduksi emisi karbon dari pembakarannya.
“Realisasinya dalam waktu dekat ini. Produksi karbon untuk keperluan bahan baku komponen batrai dan fuel cell juga diproduksi di Cilegon oleh suatu perusahaan Jerman, tetapi memanfaatkan residu pada proses pengilangan minya bumi,” kata bambang.
Dia mengatakan, bahan baku untuk komponen batrei dan fuel cell perlu disiapkan sejak awal. Hal ini menunjang pula untuk pemanfaatan hasil riset yang ditempuh saat ini berupa pengembangan produksi batrei litium.
“Batrei litium dalam bentuk kecil dan tipis, tetapi memiliki kapasitas listrik besar, merupakan kebutuhan masa kini dan mendatang. Produksinya didalam negri masih kurang,” kata Bambang.
Secara terpisah, perekayasa pada balai besar Teknologi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Herliyani Suharta mengatakan, rekayasa di bidang teknologi energy dengan memanfaatkan bahan alami terbaru menunjang target reduksi emisi yang ditetapkan pemerintah sebesar 26 persen pada 2020.
“selam ini, sebagian masyarakat masih buang – buang energy, misalnya dengan pembakaran kayu tanpa ditunjang teknologi yang memadai,” kata Herliyani.
Berdasarkan riset yang dia lakukan, Herliyani mengatakan penghematan bahan bakar kayu sebetulnya bisa ditempuh melalui rekayasa tungkunya. Ia telah berhasil merekayasa tungku yang dapat menghemat lebih dari 20 persen kayu bakar untuk menghasilkan energy yang sama.
by. kompas
0 comments:
Posting Komentar